Kamis, 01 Maret 2012

PENGERTIAN SYI'AH

sebelum kita membahas mengenai Syi’ah dan aneka ragam aliran yang ada di dalamnya, ada baiknya --secara global-- kita mengetahui terlebih dahulu definisi agama dan Islam.

Agama

Tidak diragukan lagi bahwa setiap manusia memiliki kecenderungan untuk hidup bermasyarakat dengan sesama jenisnya. Di dalam hidup bermasyarakat tersebut sangat sering terjadi aktifitas, seperti makan, minum, tidur, berbicara, berkorelasi dan lain sebagainya yang secara lahiriah berbeda dari satu individu ke individu yang lain. Akan tetapi, pada hakikatnya semua aktifitas tersebut sangat berhubungan erat antara yang satu dengan lainnya. Semua aktifitas tersebut memiliki aturan dan ketentuan tertentu yang menyebabkan setiap aktifitas tidak layak dikerjakan kecuali dalam ruang lingkup yang sesuai dengan eksistensinya.

Apa yang diinginkan oleh manusia dengan semua aktifitas itu? Jawabannya sangat mudah dan jelas. Ia ingin memiliki sebuah kehidupan yang terhormat bagi dirinya dan --sebisa mungkin-- ia ingin menggapai semua tujuan hidup yang telah dicanangkannya. Untuk merealisasikan hal itu, ia akan selalu berusaha untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya demi menikmati hidup yang lebih lama.

Dari sinilah, supaya tidak terjadi gesekan-gesekan dengan masyarakatnya yang dapat memngundang kebinasaannya, ia akan selalu melaksanakan semua aktifitasnya sesuai dengan hukum dan undang-undang yang telah disepakati oleh masyarakatnya, baik undang-undang tersebut adalah buatan mereka sendiri atau hasil menyontek dari orang lain. Pokoknya, ia akan memilih sebuah metode khusus yang sesuai dengan keinginannya dalam menjalani kehidupan ini.

Undang-undang yang telah disepakati tersebut pasti dilandasi oleh satu keyakinan mendasar yang dijadikannya sebagai pegangan utama dalam hidupnya. Itu adalah pandangan dunianya. Orang yang meyakini bahwa dunia ini hanyalah materi dan manusia adalah makhluk materi belaka yang dengan ditiupkannya ruh ke dalam tubuhnya, ia akan hidup dan dengan dicabutnya kembali ruh tersebut, ia akan binasa, segala usahanya akan difokuskan untuk memenuhi kebutuhan materi ini belaka. Dan sebaliknya, orang yang meyakini bahwa di samping kehidupan materi ini, manusia juga akan memiliki kehidupan kekal di alam akhirat dan ia akan mendapat balasan yang setimpal di sana, ia akan berusaha untuk memenuhi kehidupan materi ini dan menyelamatkan diri dari azab Ilahi di alam sana. Dengan kata lain, ia akan berusaha untuk memperoleh kebahagiaan di alam materi ini dan di alam kiamat kelak.

Gabungan antara pandangan dunia dan undang-undang yang sesuai dengan pandangan dunia ini disebut agama. Dan jika agama itu memiliki aliran-aliran cabang yang tentunya akan saling berbeda antara satu dengan lainnya, aliran tersebut dinamakan mazhab. Seperti Syi’ah dan Ahlussunnah dalam agama Islam dan Protestan dan Katolik dalam agama Kristen.

Dengan penjelasan global di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa setiap manusia --meskipun ia tidak meyakini adanya Tuhan-- pasti memiliki sebuah "agama" yang akan dipraktekkan dalam kehidupannya sehari-hari. Dan tentunya, orang yang memilih agama yang telah ditentukan oleh Allah SWT sebagai pencipta alam semesta, niscaya ia akan bahagia. Sementara orang yang memilih selain agama tersebut, akibatnya akan fatal, baik di dunia ini maupun di alam akhirat kelak.

Islam

Secara lenguistik, Islam adalah pasrah terhadap sesuatu. Arti teminologisnya tidak jauh berbeda dengan arti lenguistiknya. Dan Al Quran menamakan agama yang telah ditentukan oleh Allah dengan Islam, karena pokok ajarannya adalah kepasrahan manusia kepada segala ketentuan dan undang-undang yang telah ditentukan oleh-Nya. Konsekuensinya, ia tidak akan menyembah selain Tuhan yang Esa.

DEFINISI



A.    SECARA ETIMOLOGI :

Berasal dari kata: اَلْأَتْبَاءُ: Pengikut,  اَلْأَنْصَارُ: Penolong اَلْخَاصَّةُ: Teman dekat

Ad Dzahiri berkata:

وَالشِّيْعَةُ أَنْصَارُ  الرَّجُلِ وَأَتْبَاعُهُ, وَكُلُّ قَوْمٍ اجَتَمَعُوا عَلَى أَمْرِ فَهْمِ شِيْعَةٍ

 “Syi’ah adalah penolong dan pengikut seseorang, dan setiap kaum yang berkumpul atas suatu urusan, maka mereka disebut Syi’ah.” [1]

Az Zubaidi berkata:

كُلُّ قَوْمٍ اجْتَمَعُوا عَلَى أَمْرٍ فَهُمْ شِيْعَةٌ, وَكُلُّ قَوْمٍ عَاوَنَ إِنْسَانًا وَتَحْزُبُ لَهُ فَهُوَ شِيْعَةٌ لَهُ, وَأَصْلُهُ مِنَ الْمُشَيَعَةِ وَهِيَ لِمُطَاوَعَةِ وَالمُتَابَعَةِ

“Setiap kaum yang berkumpul atas suatu urusan, maka mereka disebut Syi’ah, dan setiap kaum yang menolong manusia dan berkelompok kepadanya disebut Syi’ah baginya. Aslinya adalah dari kata الْمُشَايَعَةُ (yang berarti) ketundukan dan mengikuti.” [2]
 
PEMAKAIAN NAMA SYI’AH DI DALAM AL QUR’AN AL KARIM

Kalimat Syi’ah dan pecahannya yang bermakna secara bahasa, yang berlaku di dalam Al Qur’an al Karim adalah:

1.       Yang bermakna firqah (kelompok) atau ummat atau jama’ah (kumpulan) manusia

Allah Ta’ala berfirman:

ثُمَّ َلنَنْزِعَنَّ مِنْ كُلِّ شِيْعَةٍ أَيُّهُمْ أَشَدُّ عَلَى الرَّحْمَنِ عِتِيًّا

“Kemudian pasti akan Kami tarik dari tiap-tiap Syi’ah siapa di antara mereka yang sangat durhaka kepada Ar Rahman (Yang Maha Pemurah).” (QS. Maryam: 69).

Maksud dari ‘tiap-tiap Syi’ah’ adalah “Dari tiap kelompok Jama’ah dan ummat”.

2.       Yang bermakna firqah

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ اَّلذِيْنَ فَرَّقُوْا دِيْنَهُمْ وَكَانُوْا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَىْءٍ

“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah dien-Nya dan mereka menjadi Syi’ah tidak ada tanggung jawabmu sedikitpun terhadap mereka.” (QS. Al An’am: 159). Maksud dari “Mereka menjadi Syi’ah” adalah “Golongan”.[3]

3.       Bermakna Serupa

Firman Allah Ta’ala:

وَلَقَدْ أَهْلَكْنَآ أَشْيَاعَكُمْ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ

“Dan sungguh telah Kami binasakan “As Syi’ah” dari kalian, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran.” (QS. Al Qomar: 51) Maksud dari “As Syi’ah dari kalian” adalah “Yang serupa dengan kalian dalam kekufuran, dari ummat-ummat yang terdahulu”.[4]

4.       Bermakna pengikut, teman dekat, dan penolong

Allah Ta’ala berfirman:

وَدَخَلَ الْمَدِينَةَ عَلَى حِينِ غَفْلَةٍ مِّنْ أَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلاَنِ هَذَا مِن شِيعَتِهِ وَهَذَا مِنْ عَدُوِّهِ فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِن شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ فَوَكَزَهُ مُوسَى فَقَضَى عَلَيْهِ قَالَ هَذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ عَدُوٌّ مُّضِلٌّ مُّبِينٌ

“Maka didapatinya di dalam kota dua orang laki-laki yang berkelahi, yang seorang dari Syi’ahnya (bani isail) dan seorang lagi dari musuhnya (kaum Fir’aun), maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya, lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu.”       (QS. Al Qashash: 15)[5]


B.     DEFINISI SECARA TERMINOLOGI (ISTILAH)

Dalam mendefinisikan Syi’ah para ulama berbeda pendapat:

1.       Setiap orang yang berwali kepada Ali dan Ahli Baitnya

Sebagaimana perkataan Al Fairuz Abadi:

“Sungguh nama ini telah umum atas setiap orang yang berwali kepada Ali dan Ahli Baitnya sehingga jadilah nama khusus bagi mereka.” [6]

2.       Menurut kitab Al-Imam Zaid karya Abdul Aziz bin Ishaq Al-Baghdadiy, yang dimaksud dengan istilah Syi’ah ialah segolongan kaum muslimin yang mencintai Imam Ali bin Abi Thalib secara berlebih-lebihan, yang juga lazim dikenakan pada kaum Rawafidh, salah satu sekte syi'ah

3.       Mereka adalah orang-orang yang menolong Ahli Bait dan meyakini Imamahnya Ali, dan khilafah orang yang sebelum beliau adalah mendhalimi beliau.

4.       Mereka adalah orang-orang yang mengutamakan Ali atas khalifah Ar Rasyidin sebelumnya radhiyallahu ‘anhum, dan ia berpendapat bahwa Ahlul Bait adalah orang yang paling berhak menjadi khalifah.

C.    PENDISKUSIAN TENTANG PENDAPAT-PENDAPAT DI  ATAS

-          Adapun definisi yang pertama : Itu tidak benar, karena Ahlus Sunnah berwali (berloyal) kepada Ali dan Ahli Baitnya dan mereka menyelisihi Syi’ah

-          Adapun definisi yang kedua : Itu berseberangan dengan sebagian pendapat Syi’ah yang membenarkan kekhalifahan dua syaikh (Abu Bakar dan Umar), dan sebagian mereka ada yang berwali pada Utsman, seperti pengikut Zaidiyyah, seperti yang telah disebutkan oleh Ibnu Hazm.[7]

-          Definisi yang ketiga tidak benar juga, karena berseberangan dengan sebagian pendapat Syi’ah yang berlepas diri dari Utsman, sebagaimana ungkapan sya’ir



بَرَأْتُ إِلَى اْلإِلَهِ مِنْ اِبْنِ أَرْوَى     وَمِنْ دِيْنِ اْلخَوَارِجِ أَجْمَعِِيْنَا

وَمِنْ عُمَرَ بَرَأْتُ وَمِنْ عَتِيْقِ        غَدَاةَ دَعَى أَمِيْرَ اْلمُؤْمِنِيْنَ

“ٍSaya berlepas diri kepada Allah dari Ibnu ِArwa

 dan dari agama Khawarij,

 dan dari Umar dan ‘Atiq

yang disebut sebagai amirul mukminin.”

Adapun yang rajih (benar) dari semua definisi di atas adalah definisi yang keempat, karena di dalamnya bertepatan dengan pendefinisian tentang Syi’ah, seperti kelompok yang mempunyai pemikiran-pemikiran dan ideologi.[8]



[1] . Tahdzibul Lughah : 3/61

[2] . Tafsir Al Qur’an  Al ‘Adzimu : 3/131

[3] . Tafsir Al Manar : 8/214

[4] . Jami’u Al Bayan : 27/112

[5] . Tahdzib Al Lughah : 3/63

[6] . Al Qamus Al Muhith : 3/49

[7] . Al Fashiu: 4/92

[8] . Al Adyan Wa Al Firaq Wa Al Madzahib Al Mu’ashirah: 145

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Share This